Twitter, Sebuah Ruang "Ngobrol" Raksasa






" Menulis "tweet" itu sama dengan berbicara di depan mikrofon yang disambungkan ke delapan pengeras suara"
-- Roby Muhamad, pakar jejaring sosial

Meski situs jejaring sosial Twitter telah menyediakan fasilitas direct message untuk berbalas pesan pribadi, tetap saja banyak orang yang menulis pesan pribadinya di timeline. Hal ini membuat Twitter menjadi sebuah ruang ngobrol raksasa, secara anekdotal.
Menurut Roby Muhamad, pakar jejaring sosial yang juga peneliti psikologi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebenarnya basis Twitter adalah jejaring informasi, tidak ada embel-embel pertemanan di sana.
Karena kita mem-follow seseorang, maka basisnya adalah aliran informasi. Apa yang di-tweet sama orang itu, ya, kita baca, kalau perlu kita bagikan lagi dengan cara re-tweet. Dewasa ini, banyak pengguna Twitter yang melaporkan aktivitas sehari-harinya dalam timeline. Ini telah menjadi fenomena yang kerap dilakukan di jejaring sosial lainnya dan tindakan macam ini sah-sah saja karena tidak ada larangan formal.
Namun, perlu diingat, lanjut Roby, menulis tweet itu sama dengan berbicara di depan mikrofon yang disambungkan ke delapan pengeras suara. "Ada ratusan bahkan ribuan orang yang akan membaca apa yang kita tulis," katanya.
Roby mengatakan, semua orang berusaha mengeksploitasi jejaring sosial untuk memopulerkan dirinya. Terlebih di Indonesia, orang cenderung lebih terbuka untuk bisa berteman dengan banyak orang.

Komentar

Postingan Populer