Dimana Posisi Setan, di bulan Ramadhan?




Saya kira, tidak semua dalil Naqli itu mutlak terjadi dalam realita kehidupan. Dalil itu bersifat idealis dan akan terjadi ketika manusia menjadikannya sebuah pijakan dalam kehidupan. Seperti halnya tentang shalat, dimana shalat akan mencegah perbuatan keji dan munkar (Al ankabut: 45) namun faktanya tidak selalu demikian, banyak yang shalat pun namun masih melakukan perbuatan keji dan mungkar. Ayat dalam Alquran itu saya kira bersifat sangat ideal, dan akan menjadi realita ketika manusia memang benar-benar mampu memaknai shalat tersebut. Seperti halnya sebuah hadits populer Imam Al Bukhari jika ketika bulan Ramadhan maka pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibellenggu. Saya ingin sedikit menulis perihal yang ketiga, yaitu setan dibellenggu.

Sesungguhnya banyak sekali penafsiran akan hadits ini, namun kembali di awal, saya kira hadits ini juga bersifat sangat idealis, dan akan terjadi ketika manusia mampu memaknai puasa yang akan membawanya pada perilaku taqwa (Albaqarah: 183). Namun dalam pemaknaan ini, saya lebih condong pada intrepetasi Al Hafidz Ibnu Hajar, bahwa makna bellenggu dalam hadits ini, adalah ibadah puasa itu sendiri. Sehingga setan dibellenggu tidak kemudian diartikan seperti dikumpulkan dalam jeruji besi seperti halnya orang dipenjara. Saya kira mari kita maknai lebih dalam dulu.

Definis Setan
Secara bahasa (bahasa Arab) berasal dari kata: شَطَنَ - يَشْطُنُ – شَيْطَانًا yang berarti = menjauhkannya (sesuatu yang menjauhkan dari kebenaran). Kata setan juga berarti = رُوْحٌ شَرِيْرٌ (= ruh yang sangat jahat) = الْحَيَاةُ الْخَبِيْثَةُ (= kehidupan yang buruk) = مُتَمَرِّدٌ مُفْسِدٌ (= pendurhaka yang merusak). Sementara ada banyak sinyal dalam Alquran, salah satunya surat Al An’am 122 “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin” saya meyakini jika Setan bukanlah kata benda, ia adalah kata sifat. Segala sifat yang menjauhkan dari kebaikan, maka ia adalah setan.

Maka setan adalah sebuah perilaku, segala perilaku yang menggiring pada keburukan yang kemudian memasukkannya ke neraka adalah setan (QS. Fathrir: 6). Sehingga, ketika Manusia maupun Jin yang memiliki sifat buruk, maka dalam perpektif ini adalah setan. Karena Setan adalah sebuah sifat yang ada pada diri Manusia dan Jin itu sendiri.

Makna Bellenggu

Lalu, apa makna setan dibellenggu pada Bulan Ramdhan? Sesungguhnya banyak sekali penafsiran akan hal ini, namun saya lebih memaknai bahwa jeruji yang kemudian mampu menjadi bellenggu setan itu adalah Ibadah Puasa itu. Jadi Puasa itulah jeruji yang mmbelenggu setan-setan yang ada didalam diri manusia.

Seperti yang kita pahami, ketika melakukan Ibadah Puasa, Umat Islam banyak melakukan amalan kebaikan. Membaca Quran, rajin shalat wajib dan sunnah, bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan dalam berbagai bentuk seperti buka bersama, santunan dan zakat. Selain itu banyak yang takut melakukan kejahatan, seperti berbohong, ghibah, mencuri, khalwat hingga aktifitas merokok pun berkurang. Sehingga, perilaku Ibadah puasa dan yang mengiringinya itulah yang kemudian menjadi Belenggu Setan dibulan Ramadhan. Bahkan dikuatkan oleh Imam Bukhari “Barangsiapa tidak meninggalkan perbuatan bohong dan perbuatan curang, maka Allah sama sekali tidak memerlukan perbuatannya meninggalkan makan dan minum (puasa).” (HR Bukhari)

Kenapa masih ada kejahatan?

Maka kembali ke awal, jika dalil itu bersifat sangat ideal. Sehingga ketika isi dari hadits itu belum terbukti seutuhnya, bukan berarti hadits itu salah, melainkan karena dalil yang bersifat ideal, maka butuh pemikiran dan pemahaman serta pengaplikasian yang mendalam. Saya kira, kejahatan yang terjadi dibulan Suci Ramadhan ini adalah karena banyak yang sepi dari nilai-nilai atau substansi puasa itu sendiri. Sehingga benar jika ada sebuah hadits yang berbunyi “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ahmad)

Lalu dimana Posisi setan?

Maka, Posisi setan tetaplah ada pada diri manusia dan manusia itulah yang mampu untuk menentukan apakah ia akan membelenggu setan itu atau tetap membiarkannya liar yang menodai diri kita, sehinga ketika seusasi bulan Ramadhan, kita tidak mengalami perubahan apapun dan tidak menggiring kita pada perilaku Taqwa (QS.2:183). Semoga kita mampu memaknai ini, dan saya dengan kerendahan hati tertunduk ampun dihadapan Allah, semoga ikhtiar ini mampu semakin mendekatkan kita pada kebaikan. Wallohu’alam


http://filsafat.kompasiana.com/2012/08/01/dimana-posisi-setan-di-bulan-ramadhan/
revisi oleh : Ahmad Fahrizal Aziz

Komentar

Postingan Populer