PEMANFAATAN SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI DISEKOLAH

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DISEKOLAH

Kondisi perubahan peradaban tersebut, telah pula menjadi pemicu terhadap upaya perubahan sisitem pembelajaran di sekolah. Upaya untuk melepaskan diri dari kungkungan pembelajaran konvensional yang memaksa anak untuk mengikuti pembelajran yang tidak menarik, dan membosankan, sehingga meminjam ungkapan Faulo Fraire, sekolah tak lebih merupakan bangunan tembok penjara yang menghukum penghuninya untuk mengikuti (memaksa) menerima segenap ajaran yang berkubang di dalamnya.

Kondisi sekolah, senantiasa dituntut untuk terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sehingga sekolah yang tetap berkutat pada instruksional kurikul;um hanya akan membuat peserta didik gagap melihat realitas yang mengepungnya.

Kehadiran teknologi multimedia, bukan lagi menjadi barang mewah, karena harganya bisa dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat untuk memiliki dan menikmatinya. Artinya, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu untuk memiliki teknologi tersebut sehingga bisa menjadikannya sebagai media pembelajaran yang menarik, interaktif, dan mampu mengembangkan kecakapan personal secara optimal, baik kecakapan, kognitif, afektif, psikomotrik, emosional dan spiritualnya. Hal ini amat memungkinkan, ketika ruang belajar di luar gedung sekolah, telah menghasilkan berbagai produk audiovisual yang bernilai- edukatif, mulai dari mata pelajaran yang yang disajiukan dalam bentuk quiz, ataupun dalam bentuk penceritaan dan berbagai permainan yang memukau.
Disekolahku saat ini system pembelajaranya sudah menggunakan teknologi multimedia dengan perlatan PC dan proyektor adapun peralatan lainnya yang sangat menarik yaitu area hotspot gratis selama 24 jam.
Pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia sangatlah menarik, efektif dan menyenangkan, apalagi didukung dengan area hotspot yang mempermudahkan para siswa untuk mencari tugas – tugas sekolah.
Dengan semua Upaya itu membuat anak betah belajar disekolah dengan memanfaatkan teknologi multimedia, merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru mengkooptasi kemampuan atau potensi dalam diri siswa. Untuk itu, peran serta masyarakat dan orangtua , komite sekolah merupakan partner yang dapat merencanakan dan memajukan sekolah.
Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia pendidikan (persekolahan) sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu berinteraksi ke tengah-tengah masyarakatnya. Lulusan sekolah yang mampu menjadi bagian intergaral peradaban masyarakatnya. Suatu keinginan yang tidak mudah, apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk melakukan perubahan. Sejarah persekolahan di indonesia telah mencatat, bahwa upaya-upaya perubahan yang dilakukan pemerintah untuk melakukan pengembangan terhadap kurikulum sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga pengembangan terhadap berbagai metode dan proses pembelajaran yang menarik untuk memancing dan memicu perkembangan kreatif siswa pada akhirnya kermbali kepada titik awal; betapa sulitnya perubahan itu?



 PEMANFAATAN SAINS DI SEKOLAH
 " Kiat Membuat Sains Lebih Menarik di Bangku Sekolah "

          Kenapa mayoritas siswa langsung mengantuk atau bahkan stres tiapkali ada pelajaran Matematika, Fisika atau Kimia? Sedemikian horornya kah bidang studi itu? Ada kiat tersendiri agar tiga pelajaran yang identik dengan sains itu lebih menarik.


Fokus Pengajaran Sains di Indonesia belum jelas. Fokus yang tidak jelas menghalangi pengajaran sains secara efektif. Apakah fokus utama pengajaran Sains di sekolah? Paling tidak terdapat tiga fokus utama pengajaran sains di sekolah, yaitu dapat berbentuk:

  1. Produk dari sains, yaitu pemberian berbagai pengetahuan ilmiah yang dianggap penting untuk diketahui siswa.
  2. Sains sebagai proses, yang berkonsentrasi pada sains sebagia metoda pemecahan masalah untuk mengembangkan keahlian siswa dalam memecahkan masalah.
  3. Pandangan yang lebih luas tentang sains, seperti dampak sains dan teknologi terhadap masyarakat
Seorang guru sains atau perancang kurikulum akan berpandangan bahwa ketiga komponen tersebut penting ada dalam pengajaran sains untuk mengembangkan pemahanan siswa tentang sains. Walaupun begitu pandangan berapa proporsi yang tepat dari masing-masing pendekatan akan merupakan sesuatu yang dapat diperdebatkan. Apalagi bila hal tersebut secara spesifik akan diajarkan pada tingkatan usia siswa tertentu ataupun dengan beragamnya kemampuan siswa dalam satu kelas, biasanya hanya seorang guru sains di sekolah yang lebih bisa menjawab.Namun, terdapat pendekatan lain dalam pengajaran sains. Seorang guru dapat memperkaya pemahaman siswa tentang sains melalui berbagai pendekatan lain yaitu: sikap dan nilai ilmiah (termasuk didalamnya rasa ingin tahu tentang alam sekitar); pemahaman sifat alami sains (seperti pengetahuan mengenai proses dimana seorang ilmuwan mengembangkan ide-ide ilmiah baru); dan keterampilan individu dan sosial dari siswa.

SAINS SEBAGAI PRODUK


Ketika ilmu pengetahuan ilmiah terus berkembang maju yang berisi berbagai penjelasan dan paparan berbagai penyataan yang telah divalidasi oleh para ilmuwan, ternyata hanya sebagaian kecil saja dari hal tersebut yang dapat diajarkan di sekolah. Malahan, hasil dari seleksi ini pun cenderung merupakan berbagai penyederhanaan dari pandangan ilmuwan dalam usaha untuk menjadikan sains lebih mudah dipahami oleh siswa sekolah. Hasil seleksi ini kemudian muncul diantaranya dalam bentuk dokumen kurikulum pengajaran sains sekolah serta silabusnya, buku teks, lembar kerja siswa maupun prosedur percobaan laboratorium.

Materi pelajaran sains yang diberikan di sekolah oleh perancang kurikulum sains biasanya dikenalkan relatif secara berurutan dan berlanjut sebagai persiapan untuk pelajaran di tingkat selanjutnya. Tujuan dari pengajaran sains sebagai produk ini adalah untuk mengembangkan pemahaman konseptual siswa terhadap sains. Isi pelajaran meliputi berbagai fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum alam, model-model dan teori-teori yang membentuk pengetahuan formal ilmu pengetahuan. Disamping itu juga terdapat berbagai latihan pemecahan masalah baik secara tertulis maupun percobaan laboratorium yang umumnya mempunyai jawaban tunggal.

Hubungan sesungguhnya dari materi pelajaran sains di sekolah dengan sains yang absah pada saat ini tidaklah selalu sama. Hal ini dikarenakan usia siswa dan latar belakang pengetahuan yang terbatas, sehingga kebanyakan isi buku teks merupakan versi singkat dari pengetahuan sains yang valid di waktu tertentu atau versi terbatas dari pandangan sains mutakhir. Dalam kenyataannya sangat sedikit dari materi sains yang diajarkan di sekolah merupakan versi yang masih berlaku diantara ilmuwan saat ini. Akibatnya sains digunakan sesuai pandangan ilmuwan instrumentalis, atau sebagai model yang membantu secara bertahap perkembangan pemahaman siswa ke arah pandangan ilmiah yang sebenarnya.

Pengajaran sains melalui buku teks juga selalu ditampilkan dalam cabang-cabang sains seperti yang berlaku di universitas, yaitu dipisahkan dalam pelajaran-pelajaran: biologi, kimia dan fisika (yang termasuk didalamnya juga geologi dan astronomi). Pendekatan pengajaran sains melalui buku teks juga memunculkan focus yang bersifat pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa dimana berbagai komponen pengetahuan sains tersebut (seperti konsep-konsep, hukum-hukum, teori-teori dsb.) biasanya ditampilkan sebagai kebenaran tunggal. Metoda pengajaran yang digunakan pun cenderung tradisional dimana peran guru sangat dominan. Kalau pun menggunakan metoda laboratorium, prosedur praktikumnya sebatas model ‘resep masak’ yang terstruktur dan berurutan serta bertujuan untuk memperkuat pemahaman siswa akan materi pelajaran yang telah diajarkan.

Sejarah pengajaran sains dunia, khususnya di negara barat yang kemudian berpengaruh ke berbagai negara lain seperti Indonesia, menunjukkan adanya perubahan pola pengajaran sains yang mendasar. Kesuksesan Uni Soviet tahun 1957 lalu dalam meluncurkan satelit pertama buatan manusia ke luar angkasa, membuat kaget Amerika Serikat dan mengakibatkan dipandang perlunya mengubah pendekatan pengajaran sains. Hasilnya adalah kurikulum pengajaran sains dengan pendekatan pada sains sebagai produk yang menerapkan pola yang biasa disebut scientists’ science (ilmu pengetahuan sebagaimana dipahami oleh ilmuwan). Melalui pendekatan ini, dikenal dengan kurikulum sains post-Sputnik, diharapkan siswa sejak awal terbiasa berpikir dan mempunyai pengetahuan seperti halnya ilmuwan.

Berbagai riset tentang pengajaran sains ternyata menunjukkan bahwa sains sebagai produk pada pola post-Sputnik ini mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya beban pelajaran yang terlalu padat, tingkat abstraksi yang terlalu tinggi dan rumit bagi rata-rata siswa, serta pola dasar, struktur, urutan pelajaran sains yang bisa jadi memang tidak kondusif membuat siswa dengan mudah mempelajari sains. Sehingga berbagai usulan perbaikan pun dilontarkan baik berupa penyederhanaan materi yang perlu diajari siswa ataupun perubahan struktur pelajaran dengan maksud lebih mendekatkan dengan kehidupan nyata siswa.

Untuk pelajaran biologi sekolah misalnya, American Association for the Advancement of Science yang menerbitkan laporan pada tahun 1993 dengan nama “Benchmarks for Science Literacy” (juga dikenal dengan nama “Project 2061”) menyarankan cukup enam ide utama saja dalam biologi yang perlu dipelajari siswa. Pokok bahasan yang dianggap penting itu adalah: keberagaman mahluk hidup, hereditas, sel, interdependensi antara mahluk hidup, aliran materi dan energi, dan evolusi.

Sedangkan Australian Academy of Sciences membuat riset tentang pengajaran kimia di sekolah yang hasilnya adalah perlunya mengenalkan kimia berdasar fakta-fakta yang mudah dikenali siswa. Hasilnya adalah buku teks, terbit tahun 1984, dengan menyusun materi pelajaran berdasar tema dari teori komposisi alam dari zaman kuno yang berjudul “Elements of Chemistry: Earth, Air, Fire and Water”.

Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa isi pelajaran sains sebagai produk pada siswa bisa mengalami pergeseran pendekatan sesuai perkembangan zaman dan riset terbaru, serta apa saja yang perlu diajarkan dan urutanya akan sangat tergantung dari analisis dan perencanaan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran sains. Kurikulum yang terakhir diterapkan di Indonesia, disebut dengan KTSP (kurikulum tingkat satuan pelajaran) yang memakai acuan dengan istilah standar kompetensi dan kompetensi dasar lebih memberikan fleksibilitas pada guru dalam hal penyusunan pengajaran sains sebagai produk

SAINS SEBAGAI PROSES

Sains sebagai proses mempunyai pendekatan berbeda dengan sains sebagai produk. Fokus utamanya adalah dalam hal upaya sains untuk melakukan pemecahan masalah yang tertentu. Secara umum, hal ini berarti para siswa didorong untuk menggunakan ketrampilan yang dimiliki seperti halnya ketrampilan dan keahlian para ilmuwan dalam memecahkan masalah ilmiah. Berbagai keahlian dan ketrampilan ini sangat bernilai bagi siswa baik untuk memahami pelajaran sains maupun diluar konteks pelajaran.

Pengajaran sains sebagai proses menuntut perubahan metoda mengajar dari pola pengajaran sains sebagai produk. Pengajaran sains buku teks biasanya menggunakan proses pengajaran dalam urutan yang terstruktur secara baik dimana pengetahuan yang direncanakan bisa dipahami dengan baik oleh siswa, namun pengajaran sains sebagai proses menerapkan pola pengajaran guru yang tidak terstruktur. Hal ini tidaklah berarti akan lebih mudah, malahan akan lebih sulit dan membutuhkan kehalian dan ketrampilan mengorganisasi yang baik dari seorang guru sains. Para siswa diharapkan akan terlibat secara individu atau dalam kelompok kecil untuk melakukan rencana mereka sendiri. Pengaturan ada pada siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan bukannya mengatur.

Tentu saja pengajaran pola ini akan terasa mengancam kewibawaan guru. Ketika seorang guru mengajar dengan pola buku teks, dia menentukan tujuan pembelajaran dan dapat mengetahui secara pasti materi pelajaran yang akan diberikan. Namun, siswa yang diajarkan dengan metoda sains sebagai proses yang melakukan penelitian dan berhadapan dengan masalah nyata akan memunculkan pertanyaan yang tidak akan secara mudah dijawab, dan bisa jadi malah tidak ada jawaban yang dapat diketahui secara pasti.




 PEMANFAATAN SENI DISEKOLAH

Berbagai macam seni telah berkembang disekolah. Bahkan berbagai seni dari sekolah – sekolah, telah diperlombahkan sampai tingkat kabupaten, provinsi, bahkan tingkat nasional. Agar siswa – siswa dapat mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya Indonesia. Maka disekolah harus membuat kegiatan ekstrakulikuler yang di ikuti semua siswa sekolah.
Berbagai kegiatan ekstrakulikuler diantaranya :
1.      Seni Tari

2.      Seni Music 

3.      Seni Rupa

4.      Seni Drama
Dan masih banyak lagi bidang ekstrakulikuler lainnya.
Langsung saja kita masuk ke bidang Seni Tari yang yang bertujuan agar siswa bisa melestarikan berbagai seni tari di Indonesia. Tahukah kamu….? Bahwa saat ini warga Ponorogo sedang protes atas penjiplakan yang dilakukan oleh negara Malaysia. Warga Ponorogo sangat marah ketika tahu bahwa tari reog khas Ponorogo telah dijiplak dan diakui sebagai tari turun temurun Malaysia.
Salah satu isi protes warga Ponorogo adalah meminta perlindungan kepada UU hak cipta, atas penjiplakan tersebut. Bukan hanya itu alat music Angklung dari Sunda, Jawa Barat juga diakui Malaysia sebagai alat music khas daerahnya. Dan selanjutnya adalah Seni Music.
Seni music ini bertujuan agar siswa – siswa dapat memperluas pengetahuan tentang music Indonesia. Terlebih juga pada lagu – lagu daerah agar yang sering dianggap para siswa lagu kuno dan tidak penting. Begitu juga dengan alat music khas daerah, banyak siswa yang tidak tahu berbagai jenis alat music Indonesia.
Dan  dengar – dengar lagu yang berjudul Rasa Sayange dari Indonesia ini diakui juga oleh Malaysia sebagai lagu dari negaranya. Maka dari itu kita harus hati – hati untuk menjaga karya – karya seni Indonesia. Dan semoga dengan adanya seni music ini sekolah kita dapat membuat (menciptakan ) lagu – lagu dan dapat mendirikan kelompok music yang dapat mengharumkan nama sekolah kita.
Begitu juga dengan seni dan budaya lainya yang ada di sekolah, kita harus mengembangkan karya seni dan juga mengkuti perlombaan – perlombaan ditingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional agar dapat menjunjung tinggi nama sekolah kita.







ARTIKEL  KEGIATAN SEKOLAH

" LDK OSIS SMK NEGERI 2 BOJONEGORO "


Suasana di SMK Negeri 2 Bojonegoro pada hari Minggu tanggal 27 September 2009 tidak seperti hari – hari biasanya, sekitar pukul 06.15 WIB, terlihat ada beberapa siswa yang mengenakan seragam pramuka lengkap berlari – lari kecil sambil menggotong tas yang besar dan kelihatanya lumayan berat. Yup… bener banget siswa yang berlari – lari kecil itu adalah salah satu siswa yang terpilih menjadi OSIS SMK Negeri 2 Bojonegoro periode 2009/ 2010, dan diikuti kurang lebih ± 80 anak. Hari itu ditetapkan sebagai hari dilaksanakannya kegiatan LDK (LATIHAN DASAR KEPELATIHAN).
Setelah menimbang, mengingat, memperhatikan dan menilai ahirnya Jombang dipilih sebagai lokasi LDK tahun ini. Dengan menggunakan truk, rombongan OSIS SMK Negeri 2 Bojonegoro akhirnya sampai di tempat tujuan. Bertempat dikawasan satuan radar 222 Jombang. Setiap kegiatan berjalan lancar. Tapi tiba – tiba ada anak yang kesurupan. Tapi akhirnya anak itu dapat disembuhkan oleh guru kami. Diduga kejadian itu terjadi karena ada beberapa peserta LDK memakan jambu monyet yang tumbuh disekitar tempat dilaksanakanya LDK, dan sebelumnya para panitia sudah melarang dan memperingati para peserta LDK namun masih ada peserta yang memakannya. Diduga jambu monyet itu dihuni oleh makhluk halus, melihat kejadian itu para peserta LDK menjadi takut…..!.
Ditengah – tengah materi, guru kami menyuruh anak – anak group teater unjuk kebolehan. Aktingnya bagus dan lucu dapat dapat mengobati kesuntukan saat materi.
Diharapkan dengan diadakannya LDK ini akan bisa membekali OSIS SMK Negeri 2 Bojonegoro. Agar kinerjanya lebih baik dari tahun – tahun sebelumnya. Tentu saja untuk mewujudkan semua itu tidak mungkin bisa diraih hanya dengan materi lisan saja. Dibutuhkan pula kemampuan fisik yang kuat. Soalnya sebagai OSIS SMK Negeri 2 Bojonegoro yang penuh kreatifitas dan semangat, tidak bisa hanya dengan duduk terpangku tangan dan bermalas – malasan, tapi butuh suatu kerja nyata.
Tiga hari rasanya berlalu sangat cepat, tanggal 30 September sekitar pukul 11.00 WIB rombongan OSIS SMK Negeri 2 Bojonegoro mengadakan perjalanan kembali ke Bojonegoro dan tiba sekitar pukul 13.00 WIB. Dengan rasa capek, gembira, lega dan puas juga tentunya …………!!!!



Itulah kegiatan yang paling aku sukai selama disekolah ini. Sebetulnya masih banyak kegiatan – kegiatan lain seperti : futsal, sepak bola, volley, pecinta alam, pramuka, dll. Tapi kegiatan ini yang manarik untuk diceritakan menurut aku.












Komentar

  1. pye kabre apek ta????
    blogmu kok mok ganti warnae, tp tetep kren???

    BalasHapus
  2. hey,,, blog mu kok mlah keren?????
    gk mlok lmba blog ta????

    BalasHapus
  3. hey,,, keren bagt blog u????????
    cp dsana?

    BalasHapus
  4. cp dsana?
    ,maw gk gabung ma blog ku?

    BalasHapus

Posting Komentar