Perbedaan Sistem Pendidikan di Berbagai Negara




Pendidikan merupakan salah satu hak dasar manusia. Sebagai insan yang dikarunia dengan akal pikiran, manusia membutuhkan pendidikan dalam proses hidupnya. Dari mulai lahir hingga ke liang lahat, manusia yang berfikir akan selalu membutuhkan pendidikan. Seperti ketika manusia dapat berjalan pada masa balita. Di sana ada proses belajar yang dibimbing oleh orang tua sebagai pendidik manusia buat pertama kali. Lebih jauh, ketika harus berinteraksi dengan masyarakat, manusia memerlukan pendidikan agar dapat bermanfaat dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan.
A.  Sistem Pendidikan di Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia, mendefinisikan bahwa pendidikan itu tidak hanya ditujukan pada pengembangan kemampuan intelektual manusia. Pendidikan pula ditujukan untuk pengembangan manusia agar menjadi insan yang seutuhnya atau well-rounded person. Selain memiliki kemampuan intelektual, dibutuhkan pula pembinaan sikap mental, moral, dan pembentukan karakter manusia. Sehingga demikian, antara rasio dan nurani dapat saling mengendalikan dan melengkapi.
Pada masa kemerdekaan, ditandai dengan sering berubahnya kurikulum pendidikan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai perangkat pengajaran yang digunakan untuk pengembangan manusia Indonesia, kurikulum kerap berganti tergantung dengan keadaan politik dan situasi nasional serta global, antara lain : Kurikulum 1947, Kurikulum 1968, Kurikulum  1975, Kurikulum  1984, Kurikulum  1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.    Kurikulum 1947
Merupakan kurikulum pertama yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia merdeka. Dalam sistem kurikulum ini, tak jauh adalah adopsi dari sistem yang diberlakukan semasa masa penjajahan. Namun, ada penyesuaian dengan keadaan negara yang telah merdeka, seperti ditetapkannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar satu-satunya. Hal ini terkait dengan isu bangsa yang sedang mempertahankan kemerdekaan dari Belanda. Patriotisme dan nasionalisme ditanamkan demi perjuangan tersebut. Adapun ciri kurikulum 1947 ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
*    Sifat kurikulum Separated Subject Curriculum (1946-1947). Hal ini mengacu pada pemberian mata pelajaran yang antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan sama sekali.
*    Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah.
*    Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) – 16 bidang studi, SMP-17 bidang studi dan SMA jurusan 19 bidang studi.
2.    Kurikulum 1968
Kurikulum ini dibuat sebagai perbaikan atas kurikulum sebelumnya. Antar mata pelajaran, mulai dilakukan pengorganisasian untuk mengelompokan beberapa matakuliah agar terjalin keterkaitan. Hal ini pada nantinya akan menuju pada pemisahan disiplin ilmu yang terjadi pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, keadaan politik pasca gerakan september 30 tahun 1965, membuat ada tekanan khusus pada pendidikan manusia Indonesia menjadi para pancasilais yang sesungguhnya. Adapun ciri kurikulum ini adalah sebagai berikut:
*    Sifat kurikulum correlated subject.
*    Jumlah mata pelajaran SD-10 bidang studi, SMP-18 bidang studi (Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), SMA jurusan A-18 bidang studi.
*    Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
3.    Kurikulum 1975
Dalam kurikulum ini, satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya sistem instruksional. Dalam tiap mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum, dan di tiap bahasan, diberikan pula tujuan instruksional bagi guru dan siswa apa yang harus dicapai. Jadi dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan yang setelah proses belajar, harus dicapai oleh siswa. Hal ini tentu saja membuat bahan ajar tidak bisa berkembang. Proses belajar ditentukan terlebih dahulu oleh pembuat kebijakan tentang output yang ingin dihasilkan. Siswa dan guru akan cenderung lebih pasif dalam proses belajar mengajar. Adapun ciri-ciri lebih lengkap kurikulum ini adalah sebagai berikut:
*    Berorientasi pada tujuan.
*    Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
*    Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
*    Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
*    Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
4.    Kurikulum 1984
Perbaikan yang dilakukan dalam kurikulum ini adalah adanya CBSA dan sistem spiral. CBSA adalah singkatan dari Cara Belajar Siswa Aktif. Di sini, siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski isistem instruksional masih tetap dipertahankan, namun siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Di sini pusat pembelajaran mulai bergeser dari teacher oriented, ke student oriented. Selain itu, ada pula sistem spiral yang tiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Sehingga demikan, semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detil. Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
*    Berorientasi kepada tujuan instruksional.
*    Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
*    Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral.
*    Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
*    Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
5.    Kurikulum 1994
Secara umum, perubahan pada kurikulum ini terletak pada penitikberatan pada materi atau isi pengajaran. Oleh kurikulum, materi dan isi bahan pelajaran dipadatkan. Siswa dituangi oleh banyak sekali materi pelajaran. Sistem yang seharusnya berpusat pada siswa, tidak berjalan dengan baik di kurikulum ini. Sebab, tuntutan materi yang amat banyak, memaksa guru untuk melakukan pendidikan satu arah dan tidak memberikan siswa kesempatan untuk berpendapat atau mengembangkan materi pelajaran. Menurut banyak ahli, kurikulum ini dianggap merosotkan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Materi pelajaran yang terlalu banyak menyebabkan siswa bosan dan tidak bersemangat dalam mengembangkan ilmu yang di dapat. Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:
*    Sifat kurikulum objective based curriculum
*    Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
*    Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
*    Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
*    Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
*    Nama SMP dan SLTP kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama),dan SMA diganti SMU (Sekolah Menengah Umum).
*    Penjurusan di SMU dilakukan di kelas II, f) penjurusan dibagi atas tiga jurusan, yaitu jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.
*    SMK memperkenalkan program pendidikan sistem ganda (PSG).
6.    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Merupakan kurikulum yang dikembangkan pada masa reformasi. Di masa ketika kebebasan itu amat dihargai, timbul harapan dari masyarakat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bebas dan interaktif. Antara guru dengan murid diharapkan tercipta interaksi dua arah yang mampu menciptakan proses belajar yang menyenangkan. Jika sistem kurikulum terdahulu menekankan pada materi atau isi yang harus dituangkan semua ke siswa, kini siswa dapat mengembangkan sendiri kompetensinya dengan bimbingan dari guru. Penilaian pun dilakukan berbasis proses belajar. Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:
*    Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
*    Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
*    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
*    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
*    Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
7.    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Setelah berjalan dua tahun, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006). Dalam kurikulum baru ini, secara teknis tidak ada yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Namun, ada penekanan pada pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum kini dikembangkan dengan sistem desentralisasi. Setiap sekolah bisa mengembangkan kurikulumnya masing-masing setelah disesuaikan dengan karakteristik dan keunggulan di daerahnya. Diharapkan, sistem ini akan lebih mengakomodasi keberagaman yang ada di Indonesia dengan maksimalisasi pada proses pencapaian kompetensi siswa. Adapun ciri umum KTSP dapat dijelaskan sebagai berikut:
*    Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual, maupun klasikal.
*    Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
*    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
*    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
*    Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Pada masa kemerdekaan, pendidikan amat dipengaruhi dengan kebijakan penguasa saat itu. Ketika masa demokrasi terpimpin, tujuan pendidikan ditekankan pada doktrinasi manivesto politik dan sosialis kebangsaan. Sedangkan pada masa orde baru, ada penekanan pada penanaman nilai-nilai Pancasila yang intensif. Sekarang, di era reformasi, siswa diajarkan untuk menjadi insan yang demokratis dan mampu bersaing di era global. Pada kesimpulannya, dinamika pendidikan akan berpengaruh pada karakter manusia Indonesia yang dihasilkan.

B.    Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
Negara serikat atau federal yang dipilih Amerika Serikat (AS) juga tercermin dari sistem pendidikannya yang menganut desentralisasi melalui negara-negara bagian (states).
Penanggung jawab utama semua urusan pendidikan adalah departemen pendidikan yang berkedudukan di Washington. Sedang urusan sehari-hari diserahkan penuh pada tiap negara bagian.
Mirip dengan di Indonesia, selain pemerintah, swasta dan organisasi keagamaan juga diperkenankan mendirikan sekolah-sekolah. Jenjang sekolah yang mereka dirikan bervariasi dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sekolah-sekolah swasta ini juga diperbolehkan menggunakan sistem pendidikan yang berbeda dengan yang digunakan negara bagian bersangkutan. Boarding school (sekolah asrama) adalah contoh jenis sekolah yang dibuka oleh swasta atau organisasi keagamaan.
Struktur pendidikan di AS : Orang Amerika menempuh 12 tahun pendidikan di primary dan secondary school. Dengan ijasah dari secondary school (high school), mereka dapat melanjutkan studinya ke college, university, vocational (job training) school, secretarial school, dan professional school lainnya.
*       Primary dan Secondary School: Anak-anak di AS masuk sekolah (primary school) pada umur sekitar 6 tahun. Mereka belajar di sana selama 5 atau 6 tahun. Kemudian mereka melanjutkan ke sekolah lanjutan (secondary school) yang terdiri dari 3 tahun di "middle school" atau "junior high school" dan 3 atau 4 tahun di "senior high school" (lebih sering disebut "high school" saja). Orang AS menyebut kelas/tingkat dalam 12 tahun pertama sekolah ini dengan istilah "grade".
*       Higher Education: Sesudah menyelesaikan high school (twelfth grade), mereka dapat melanjutkan studinya ke college atau university. Pendidikan di college atau university ini dikenal sebagai pendidikan tinggi ("higher education"). Kita harus tahu jenjang pendidikan di negara kita yang setingkat dengan twelfth grade di AS. Kita juga harus memastikan apakah perlu menempuh 1-2 tahun persiapan sebelum dapat mendaftar ke sekolah di AS. Di beberapa negara, pemerintah dan swasta kadang-kadang tidak mengakui gelar yang kita dapat di AS jika kita masuk ke salah satu college sebelum lulus SLTA.
Khusus mengenai pendidikan tinggi, pendidikan tinggi di AS dapat dibedakan menjadi College dan University. College umumnya dengan beberapa perkecualian lebih berfokus menyelenggarakan pendidikan program sarjana (undergraduate), sedangkan university menyelenggarakan baik sarjana (undergraduate) dan pasca sarjana (graduate). Di university istilah college menjadi mirip dengan fakultas. Sebagai contoh, di university akan kita temukan College of Engineering (Fakultas Teknik) atau College of Economics (Fakultas Ekonomi). Pendidikan di college atau university yang memberikan gelar Bachelor dikenal sebagai pendidikan "undergraduate". Pendidikan lanjutannya disebut pendidikan "graduate" atau "post-graduate". Pendidikan lanjutan atau pendidikan graduate meliputi hukum, medical, MBA, dan Ph.D. (doktor).
Tempat-tempat untuk menempuh pendidikan tinggi di AS, antara lain sebagai berikut :
1)    State College atau State University: State school atau sekolah negeri didukung atau diselenggarakan oleh pemerintah (negara bagian atau pemerintah daerah). Ke 50 negara bagian di AS masing-masing memiliki paling tidak satu universitas negeri dan kemungkinan beberapa college negeri. Beberapa sekolah negeri tersebut menggunakan kata "State" sebagai bagian dari namanya.
2)    Private College atau Private University: College atau University ini diselenggarakan oleh swasta, bukan oleh pemerintah. Biaya kuliah di sana biasanya lebih tinggi dibanding sekolah negeri. Sekolah-sekolah ini juga kebanyakan lebih kecil dibanding sekolah negeri.
3)    Two-Year College: Two-year college menerima mahasiswa lulusan high school dan memberikan Associate Degree. Lembaga pendidikan tinggi ini ada yang diselenggarakan oleh pemerintah, ada juga yang oleh swasta. Kita harus memastikan apakah gelar yang diberikan oleh lembaga ini diakui oleh pemerintah atau swasta di negara kita. Lulusan two-year college atau junior college ini biasanya melanjutkan ke college atau university untuk mendapatkan gelar Bachelor dengan menempuh dua tahun atau lebih pendidikan lanjutan.
4)    Community College: Ini adalah pendidikan di college selama dua tahun yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat. Community college melayani komunitas lokal, biasanya suatu kota atau wilayah. Banyak dari mahasiswanya yang tinggal di rumah, atau para pekerja yang mengambil kelas sore.
5)     Professional School: Professional school mendidik mahasiswanya dalam bidang-bidang seperti seni, musik, rekayasa, bisnis, dan profesi-profesi lainnya. Beberapa di antaranya merupakan bagian dari universitas, sebagian lagi merupakan sekolah tersendiri. Beberapa professional school menawarkan gelar graduate.
6)    Institute of Technology: Ini adalah sekolah yang membutuhkan paling tidak empat tahun masa belajar di bidang sain dan teknologi. Beberapa di antaranya memiliki program graduate. Yang lainnya serupa dengan community dan junior college serta menawarkan program-program yang lebih pendek di bidang yang lebih mudah.
7)    Technical Institute: Di technical institute diajarkan bidang-bidang seperti teknologi medis atau teknik industri. Walaupun pendidikan ini dapat memberi bekal untuk karir yang kita inginkan, gelar yang kita dapat di sini tidak selalu ekuivalen dengan gelar dari college atau university. Beberapa college dan university tidak mengakui kredit dari lembaga ini dalam program transfer. Jika kita bermaksud mengikuti pendidikan di salah satu technical institute ini, periksa lebih dulu apakah pemerintah kita, college, atau university di AS mengakui gelar yang diberikan.
8)    Church-related School: Banyak college dan university di AS yang didirikan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Walaupun demikian hubungan antara sekolah dan organisasi pendirinya bisa sangat fleksibel. Kadang-kadang sekolah ini lebih menyukai mahasiswa yang datang dari latar belakang yang sama dengan pendirinya. Tetapi hampir semua sekolah menerima mahasiswa dari agama dan kepercayaan apapun.
Di Indonesia, pelaksanaan UAN menjadi kontroversi karena dinilai ‘memasung’ dan ‘memancung’ siswa-siswa yang tidak lulus. Selain itu, UAN sebagai syarat kelulusan menjadi hantu yang mengerikan siapa saja: siswa, orangtua, dan guru. Namun, berbeda,  Amerika Serikat meloloskan Undang-Undang No Child Left Behind. Di bawah UU ini, tak boleh ada anak-anak yang ‘ditinggalkan.’ Kalau nilai sang anak tidak mencapai skor minimum, sekolah tidak boleh menjadikan hal tersebut sebagai alasan bagi sang anak sehingga tidak naik kelas, atau tidak lulus. Anak tetap boleh mengambil tingkat selanjutnya. Tapi, mau tidak mau, anak maupun gurunya harus meluangkan waktu tambahan untuk mengejar kekurangan skor tersebut. Kebijakan ini sejalan dengan konsistensi Amerika Serikat menjadikan pendidikan sebagai hak asasi.
Amerika serikat juga menerapkan multikulturalisme dan upaya membina mutual understanding pada kelas-kelas sehingga, murid yang berasal dari berbagai bangsa: Rusia, Korea, Afghanistan, Israel, dan lain-lain dapat berbaur tanpa adanya rasa permusuhan dari tiap masing-masing individu.

C.  Sistem Pendidikan di Inggris
Inggris dikenal dengan standar pendidikannya yang tinggi, sistem pendidikan Inggris telah banyak mempengaruhi banyak negara dan adalah rumah untuk beberapa universitas terkenal.
1.       Sekolah Dasar : Pendidikan wajib di Inggris dimulai dari usia 5 tahun dengan sekolah dasar. Siswa naik dari kelas 1 sampai 6 tanpa ujian, meskipun kemampuan mereka diuji di usia 7 tahun. Penekanan ada pada belajar secara praktikal dibandingkan menghafal. Siswa belajar mata pelajaran inti seperti Inggris, matematika dan sains, juga pelajaran dasar seperti sejarah, geografi, musik, seni dan olahraga.
2.       Sekolah Menengah Atas : Siswa memulai sekolah menengah pada usia 11 tahun, dimana menjadi kewajiban untuk lima tahun berikutnya. Di setiap jenjangnya, siswa memperdalam pengetahuan mereka pada mata pelajaran inti dan ditambah setidaknya 1 bahasa asing. Di tahun ke-4, mereka mulai bersiap untuk mengikuti ujian-ujian yang disebut General Certificate of Secondary Education atau GCSE. Siswa akan diuji di 9 atau 10 topik GCSE yang mereka pilih.
3.       A-Levels di Sekolah Menengah Atas : Setelah menyelesaikan ujian GCSE, siswa sekolah menengah dapat meninggalkan sekolah untuk bekerja, mengikuti program training di sekolah kejuruan atau teknik, atau melanjutkan 2 tahun lagi untuk menyiapkan diri bagi ujian masuk universitas, yang dikenal dengan "A-Levels." Secara umum, siswa yang ingin masuk ke universitas akan belajar 3-4 subyek untuk ujian A-Levels. Ini kerap dilakukan di sekolah yang dinamakan Sixth Form Colleges. Makin tinggi nilai ujian A-Levels, makin baik peluang siswa untuk masuk ke universitas pilihannya.
4.       Program Sarjana : Ditingkat sarjana, siswa di Inggris dapat memilih jurusan "art" dan "sciences". Program biasanya berlangsung selama tiga tahun dimana selama itu siswa menyelesaikan pelajaran dan tutorial di bidang masing-masing. Siswa yang akan lulus biasanya harus mengikuti ujian akhir. Syarat penerimaan bagi siswa internasional termasuk kefasihan bahasa Inggris (min IELTS 6.0), tambahan 1 tahun sekolah menengah, dikenal dengan University Foundation Year atau nilai A-Level.
5.       Pasca Sarjana atau PhD : Pelajaran universitas dapat diteruskan ke tingkat pasca sarjana. Gelas pasca sarjana tradisional biasanya dibidang "Arts" (MA) atau "Sciences" (MSc). Gelar pasca sarjana yang makin populer adalah Masters in Business Administraion (MBA). Program Master berlangsung selama satu sampai dua tahun dan mengharuskan ujian dan tesis untuk syarat kelulusan. Bagi program tertentu, pengalaman dibidang riset dan bekerja dibutuhkan untuk mengikuti program doktoral, atau PhD, yang dapat berlangsung selama empat atau lima tahun di sekolah dan riset serta disertasi.

D.   Sistem Pendidikan di Australia
Di Australia hanya ada dua tingkatan sekolah: sekolah primmary dan high school atau sekolah tinggi. pada sekolah tinggi, kira-kira pada kelas delapan. ada tujuh mata pelajaran yang dibebankan untuk siswa Australia. Di mana siswa Australia boleh mengambil apapun mata pelajaran yang disenangi tanpa bergantung jurusan IPA, IPS dan Bahasa, semisal chemistry dan geography (itu kan dua pelajaran yang ada di IPA dan IPS).
Untuk ujian akhir. Di Australia tidak dikenal Ujian Nasional, melainkan Ujian state (atau provinsi di Indonesia) dan Ujian tersebut tidak menentukan kelulusan siswa Australia, melainkan menentukan kemana siswa untuk melanjutkan pendidikannya. tentu saja jika nilainya rendah siswa tersebut tak dapat melanjutkan pendidikan sebagai dokter. Berapapun nilai yang tuntas dari Ujian tersebut, siswa tersebut bisa dinyatakan lulus. bahkan jika dapat nol untuk semua mata pelajaran siswa tersebut masih dinyatakan lulus. akan tetapi kelulusan tersebut tak berguna. artinya: siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.
Siswa Australia juga melakukan part time job untuk mendapatkan penghasilan.

E.  Sistem Pendidikan di Afrika Selatan
Di Afrika Selatan, masa persekolahan adalah selama 13 tahun – atau tingkat. Namun, tahun pertama pendidikan atau tingkat 0 dan 3 tahun terakhir yaitu dari tingkat 10 hingga tingkat 12 (juga dipanggil “matric”) tidak diwajibkan. Kebanyakan sekolah dasar menawarkan tingkat 0. Tetapi tingkat ini juga dapat dibuat di TK. Lazimnya untuk memasuki universitas, seseorang wajib lulus “matric” dengan minimum tiga mata pelajaran tingkat tinggi dan bukan sekedar lulus (standar). Malah beberapa universitas prestisius akan mengenakan syarat akademik yang lebih tinggi. Walaupun begitu, mereka yang lulus “National Senior Certificate” layak untuk belajar di “Technikon” atau kampus teknikal.
Di bawah sistem apartheid, sistem pendidikannya dirangka berdasarkan warna kulit yaitu kementerian yang berbeda untuk pelajar kulit putih, berwarna, Asia, dan kulit putih hitam di luar Bantustan. Pengasingan ini telah menghasilkan 14  kementerian pendidikan yang berbeda di negara ini.
Penstrukturan sistem pendidikan selepas era-apartheid merupakan tantangan yang besar bagi pemerintah negara ini. Pemerintah baru telah membentuk suatu sistem pendidikan nasional tanpa diskriminasinkaum tetapi menggabungkan 14 kementerian pendidikan merupakan tugas yang sukar. Oleh karena itu pada Februari 1996, Kementerian Pendidikan telah meluncurkan suatu kurikulum baru yang dinamakan “Curriculum 2005”. Kurikulum ini yang akan menggantikan dasar pendidikan berdasarkan apartheid, akan memberi tumpuan kepada hasilnya yaitu pelajar akan menjadi lebih proaktif dalam lingkungan di sekitarnya dan juga di dalam masyarakat. Untuk mencapai obyektif ini, pada 1999 pemerintah telah menyediakan 5,7 persen anggaran belanja untuk sektor pendidikan termasuk membangun 2.000 sekolah-sekolah baru, 65.000 ruang kelas yang baru dan beralatan lengkap 60.000 guru-guru yang terlatih dan 50juta buku teks yang dicetak.
Pada 2004, Afrika Selatan mempunyai 366.000 guru dan hampir 28.000 sekolah-sekolah termasuk 390 sekolah khusus dan 1.000 sekolah swasta. Dari jumlah ini, 6.000 adalah sekolah tinggi (tingkat 7 hingga tingkat 12) dan selebihnya adalah sekolah dasar (tingkat 1 hingga tingkat 6).
Afrika Selatan juga mempunyai suatu sistem pendidikan tinggi yang maju, yang juga dipisahkan mengikut ras sewaktu era apartheid. Pada 1995 terdapat 385.000 pelajar yang belajar di 21 universitas dan 190.000 pelajar di “technikon” (Institut teknikal atau vokasional). Hampir 37 persen adalah dari golongan kulit putih. Tetapi, sejak 1994, penyertaan pelajar kulit hitam di universitas-universitas yang dikhususkan untuk pelajar kulit putih telah bertambah secara mendadak.

F.  Sistem Pendidikan di Jepang
Pendidikan di Jepang mencakup pendidikan formal di sekolah, pendidikan moral di rumah, dan pendidikan masyarakat (pendidikan seumur hidup). Wajib belajar pendidikan dasar dan menengah berlaku untuk penduduk berusia 6 tahun hingga 15 tahun. Penduduk terdaftar yang memiliki anak usia wajib belajar akan menerima pemberitahuan untuk memasukkan anak ke sekolah. Sebagian besar lulusan sekolah menengah pertama melanjutkan ke sekolah menengah atas.
Sekolah negeri atau sekolah umum (, kōritsu gakkō) diselenggarakan oleh pemerintah prefektur atau pemerintah kota, dan kadang-kadang oleh pemerintah pusat. Sebagian besar sekolah dasar negeri dan sekolah menengah pertama negeri dikelola pemerintah kota. Sebagian besar sekolah menengah atas dikelola oleh pemerintah prefektur, dan kadang-kadang oleh pemerintah kota. Sekolah swasta (市立学校, shiritsu gakkō) diselenggarakan oleh badan hukum.
Struktur pendidikan : Tahun ajaran dimulai bulan April. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari Senin hingga Jumat (sekolah negeri) atau Sabtu (sekolah swasta). Satu tahun ajaran dibagi menjadi 3 semester yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta liburan musim panas yang lebih panjang. Lama liburan sekolah bergantung kepada iklim tempat sekolah tersebut berada. Di Hokkaido dan tempat-tempat yang banyak turun salju, libur musim dingin lebih panjang dan libur musim panas lebih pendek.

Komentar