Masjid dan Peradaban santun



Salah satu symbol keagamaan dalam Islam adalah Masjid. Dalam sejarah, Masjid merupakan sebuah tempat yang selalu diutamakan ketika Umat Islam berhasil menguasai suatu daerah. Hal itu direkam dengan baik oleh Gustave Le Bon dalam bukunya The World of Islamic Civilization. Pada halaman 33 Le Bon menulis “Ketika Menaklukkan sebuah kota, yang pertama dilakukan oleh orang Muslim adalah mendirikan Masjid” salah satunya adalah ketika Nabi Saw Hijrah ke Madinah dan kemudian mengawali dengan membangun Masjid Nabawi. Agaknya Masjid menjadi sebuah tempat yang teramat penting bagi Umat Islam.

Masjid, dalam perspektif yang lebih luas tidak hanya sebagai tempat Ibadah yang hanya bersifat ritual. Di dalam Masjid, Ummat Islam diajarkan prinsip Egalitarianisme (Persamaan). Dimana tidak ada sekat antara kaya dan miskin, pintar dan bodoh, dan sebagainya. selain itu ketika Shalat berjamaah, Umat Islam diajarkan pada nilai-nilai penghormatan dan kepatuhan pada Pemimpin (Imam) bahkan ketika Imam salah pun diingatkan dengan halus, yaitu dengan menyebut Subhanallah. Didalam Masjid pula Manusia banyak mengingat Allah dengan berdzikir, beberapa ada yang berdoa hingga mengakui dosa. Fenomena di Masjid Nampak begitu sepele, namun ketika dikaji tentu akan menyimpan makna yang sangat besar.

Di dalam Masjid, sangat jarang manusia yang berfikiran untuk melakukan maksiat. Aktivitas yang dilakukan didalam masjid rata-rata adalah aktivitas yang sangat santun. Shalat, dzikir, membaca quran, kajian Islam, dan lain sebagainya. didalam Masjid juga orang sering ingat dengan Alloh, minimal lebih baik ketimbang diluar Masjid. Dan Masjid pula mampu mempersatukan manusia yang mengalami segala bentuk Perbedaan, seperti Perbedaan ras, status social, dan sejenisnya. Dan sebagian orang sangat takut melakukan kejahatan di masjid, contoh kecil saja, yaitu mencuri kotak amal Masjid yang isinya tidak seberapa itu.

Itulah mengapa kemudian, jika Masjid menjadi symbol yang penting bagi Umat Islam. Bahkan Masjid menjadi symbol sejarah dan Peradaban. Andakan iklim Masjid tersebut terbawa pada ruang kehidupan yang lebih luas, tentu hal tersebut akan sangat Indah. Ummat tentu akan patuh pada Pemimpin, menjaga dari perbuatan buruk, selalu berusaha untuk mengingat Allah, Terbangunnya Ukhuwah yang kuat. Sehingga, nilai-nilai Kemasjidan menjadi sebuah identitas Umat Islam dimanapun berada.

Hari ini, realita Masyarakat menampakkan gejala yang sebaliknya. Banyak Masyarakat yang tidak patuh pada Pemimpin, bahkan ketika Pemimpin salah dihujat dan di maki habis-habisan, Korupsi merajalela karena barangkali ‘lupa’ ingat jika Alloh selalu mengawasi, Persaudaraan memudar, dan Maksiat semakin merajalela. Aktifitas di Masjid, memberikan sebuah pelajaran berharga untuk hidup santun. Masjid, bisa menjadi sebuah alternative yang bisa dikaji secara sosiologis dan psikologis.

Maka, perlu kiranya menjadikan Masjid sebagai ruang Pendidikan Karakter. Tidak hanya menjadikan Masjid sebagai sebuah upacara ritual seremonial tanpa melakukan refleksi dan tadabur yang mendalam. Maka, sebagai Ummat Islam harusnya kita berbangga, karena konstelasi Perdabannya diperkenalkan oleh iklim kemasjidan yang santun, ramah, toleran dan menentramkan. Masjid menjadi repersentasi keharmonisan dan kedamaian hidup. Wallohu’alam


Malang, 22 Juni 2012
Ahmad Fahrizal Aziz
Aktivis IMM Malang

Komentar